Sial
Tadi siang aku malah tertidur. Saat siang tak tidur pun, malam bayang mu menghalangi ku untuk terlelap. Apalagi malam ini.
Di luar hujan, lampu kamar sudah aku matikan. Digantikan lampu tidur. Dan mataku masih saja belum mengantuk. Pikiran ku pun masih asik berlarian dengan bayangan mu.
Saat siang hari, aku membunuh bayangmu dengan mengikuti kelas menjahit.
saat menjelang malam, aku membunuh bayangmu dengan membaca berbagai tulisan di blog orang lain.
Ah tapi aku malah semakin mengingatmu. Semakin lekat tawa mu dipikiran ku, semakin hafal gerak jalan mu bahkan cerita mu yang kadang aku berpikir itu terlalu berlebihan. Hahaha... maafkan soal pikiran itu.
Aku beberapa kali memikirkan bagaimana pendidikanmu. Bagaimana kabarmu. Apakah malam ini tidur mu cepat? Tidurmu nyenyak? Bukankah biasanya kita menyelesaikan percakapan kita jika malam sudah hampir pagi?
Semoga kamu senantiasa diberikan kesehatan :)
Sabtu, 31 Januari 2015
Rabu, 28 Januari 2015
Rindu
Setiap hari isi pikiranku semua tentang kamu
Apa ini rindu?
Setiap ada orang yang membicarakan tentang mu, aku selalu tersenyum
Apa ini rindu?
Setiap orang bercerita, aku selalu ingin menyisipkan cerita tentang mu
Apa ini rindu?
Ya, itu RINDU.
Aku saja yang terlalu gengsi mengakui hal ini
Aku saja yang terlanjur malu pada diriku karena sempat membenci mu
Aku saja yang tak mampu mengatakan ini saat dulu ada waktu
ya sebelum pertengkaran kita
Apa ini rindu?
Setiap ada orang yang membicarakan tentang mu, aku selalu tersenyum
Apa ini rindu?
Setiap orang bercerita, aku selalu ingin menyisipkan cerita tentang mu
Apa ini rindu?
Ya, itu RINDU.
Aku saja yang terlalu gengsi mengakui hal ini
Aku saja yang terlanjur malu pada diriku karena sempat membenci mu
Aku saja yang tak mampu mengatakan ini saat dulu ada waktu
ya sebelum pertengkaran kita
Toleransi waktu
Aku paling tidak suka menunggu, tapi untukmu aku punya cadangan toleransi yang tinggi. Ah, kini aku tak lagi peduli soal waktu. Nanti, kalau sudah sampai pada waktu aku dan kamu, maka kita akan bisa bertemu. Bagaimanapun caranya. Detiklah yang akan mempertemukan, angkaku dengan angkamu. (Adisme)Mungkin sepenggal kutipan diatas yang tengah benar-benar aku rasakan. Menunggu bagaikan berjudi bagiku. Aku pertaruhkan segala yang aku miliki di meja kasino dan entah aku akan menang melawan waktu dan mendapatkan mu atau aku kalah dengan menderita kerugian. Kerugian hati ini yang paling besar.
Hahaha... kadang saat waktu melamun, aku menertawakan diriku sendiri. Sejak kapan aku suka menunggu. Iya menunggu kamu. Sejak kapan aku mau menceritakan orang secara blak blakan di media sosial seperti ini.
Kadang dalam malam ku, ketika aku sudah jengkel dengan godaan pikiran yang terus berisi tentang kamu, aku pasti menggerutu, bersuudzon bahwa kamu yang sedang berdoa karena kangen aku sehingga aku ikut memikirkan kamu. Jika sudah seperti itu, aku memikirkan seribu kegiatan yang dapat membunuh waktu. Yang dapat membuatku sabar. Yang membuat batas toleransi ku padamu tak berjangka.
Kamu adalah seseorang yang bahkan aku pun tak berfikir untuk sampai sejauh ini. Menunggumu dgn toleransi waktu yang amat sangat panjang. Ya jujur saja, membayangkan 7 bulan pendidikan mu itu adalah waktu yang sangat panjang bagi ku.
Beruntung iman ku masih bisa menyadarkan ku saat aku sedang amat teramat ingat kamu. Hanya lantunan doa yang mampu menenangkan ku. Ku titipkan kamu kepada sang Pemilik kamu. Semoga kamu senantiasa diberikan kesehatan, kelancaran selama pendidikan.
Dulu sempat pertanyaanmu aku jawab hanya dengan tertawa ketika kamu menanyakan memangnya aku mau menikah dengan mu? Aku sekarang sudah menemukan jawabannya dan aku akan memberitahukan jawabannya kepadamu.
Aku bertekad untuk menunggu mu. Aku tak berfikir akan ada seseorang yang lebih baik bagi ku selain kamu. Karena aku yakin Allah dan Al Quran tak akan pernah berdusta.
Langganan:
Postingan (Atom)