aaahh sebentar lagi "tambah tua" yang seharusnya diimbangi dengan tambah dewasa baik sikap maupun pola pikiran...
suasana "tambah tua" yang di dramatisir dengan bacaan novel "twivortiare"-nya ika natassa semakin bikin berpikir masa depan.
what will happen to me? bagaimana takdir yang di gariskan oleh Allah SWT untuk aku? seperti apa calon imam keluarga ku? bagaimana dan akan menjadi apa anak-anak ku kelak? senyum-senyum sendiri memikirkan kelak aku akan menjadi istri dari seorang pria dan ibu dari anak-anaknya.
sebelum jauh membayangkan bagaimana anak-anak kecil itu muncul dan bahkan (kadang) membuat kepala pusing, aku membayangkan bagaimana ayah dari anak-anak itu. bagaimana aku akan bertemu dengan jodoh itu. apa skenario so sweet yang sudah di takdirkan untuk kami. rasanya ingin segera merasakan itu ya allah (inget! kuliah profesi dulu *jitak). hahahaha
yang aku percayai sekarang adalah jatuh cinta itu pilihan bukan karena kebetulan. pilihan kita mau menjatuhkan hati kita pada seseorang atau tidak. semua pilihan itu ada di kita. cita-citaku saat ini adalah aku ingin jatuh cinta untuk terakhir kali kepada jodohku.
aku (dengan kondisi dan keadaan sekarang) memilih untuk tidak jatuh cinta terlebih dahulu sebelum (yang kurasa) jodoh ku itu sudah dekat. why?
alasannya simpel: aku tidak mau menaruh harapan terlalu tinggi kepada seseorang yang belum jelas akan bagaimana masa depannya dengan ku (egois memang *devil)
pilihan untuk tidak jatuh cinta itu memang yang ku yakini sekarang. tetapi jika memang aku punya pendamping, pacar, teman dekat atau istilah lain yang merujuk pada hal sama, itu artinya aku sudah bersedia menunggu "dia" untuk mematangkan segala persiapan (ngelamar aku *eh). hahaha
yang aku janjikan hanya kesetiaan menunggu...
bukan memberikan hati ini untuk jatuh....
setia menunggu, menunggu kamu dewasa, mampu memimbing dan meredakan saat emosiku meluap, menjadi imamku saat shalat...
ketika aku menunggu, aku pun akan memantaskan diri
memantaskan diri untuk menjadi istri dan ibu yang baik (gak lagi-lagi melototin anak kecil. hahaha)
calon suami itu...
harus sudah mampu secara bathin untuk menjadi imam keluarga
ya jelas dan wajib suami harus memiliki akidah yang kuat, pelajaran dan pemahaman agama yang lebih dalam dari aku
seengganya semua hal wajib dy kerjakan, (yang sunnah kita belajar kerjakan bareng-bareng ya). :D
calon suami itu...
harus sudah mampu secara finansial memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan (mungkin) papan.
bukan matre atau cwek dengan mata ijo ke uang, tapi realistis
untuk membangun keluarga yang berkualitas, membesarkan anak yang berbudi itu butuh dukungan finansial.
kalau kata guru ngajiku "kefakiran itu mendekatkan pada hilangnya tauhid dan akidah"
nah kan, berarti memang finansial itu penting.
bukan yang serba berlebihan, tetapi seenggaknya kebutuhan pokok keluarga harus bisa terpenuhi oleh calon suami itu
calon suami itu...
harus dapat izin dan restu dari keluargaku...
ibu, ayah, adek, mbah uti, bude, tante, om semua keluarga besarku...
ya semuanya harus bisa nerima dia masuk ke keluarga ku
aku tidak mau suatu saat diposisikan harus memilih suami atau keluarga.
kedua hal itu sama-sama penting, jadi keduanya harus bisa beriringan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar