Seharian ini aku memikirkan takdir.
Dari awal kita bertemu sampai terpisahkan sementara waktu lagi.
Apakah kamu mengingatnya?
Oke, mari berbincang sebentar bagaimana kita sudah "dipaksa" oleh takdir.
Awal pertemuan.
Lokasi : di kota mu
Waktu : september 2012
Antara bulan juli-agustus aku dipenatkan dengan persiapam penyambutan adek adek mahasiswa baru serta keberangkatan ku untuk oral presentation di Bali dan olimpiade di Padang.
Aku ingat sekali sms mengenai acara yang akan diadakan di kota mu itu masuk ke hp ku siang haru. Aku sedang rapat dengan panitia penyambutan maba jurusan ku. Tak ku hiraukan isi smsnya. Selain karena perhatian ku yang sedang terfokus ke hal lain, aku pun berfikir ulang jika acaranya diadakan diluar kota. Aku takut fisik ku drop padahal akan ada agenda di Bali dan Padang.
Beberapa hari kemudian, sms dari teman jurusan tetangga mengingatkan akan acara di kota mu itu. Aku utarakan bahwa dari organisasiku kemungkinan tidak akan ada yang berangkat. Semua sedang ada agenda masing masing. Biasanya jika begitu, teman teman dari jrusan lain akan memaklumi dan mengakhir pembicaraan. Tapi lain saat itu, teman ku membujukku untuk ikut. Dia berkata padaku "mba, ini acara nasional. Kata pihak rektorat ini acara yang sangat bagus. Sayang kalau dilewatkan. Saya pun nanti berangkat langsung dari luar kota karena sedang ada agenda lain". Aku terdiam membaca sms itu. Berfikir bahwa mungkin ini memang acara penting. Akhirnya aku balas pesan dari teman tersebut bahwa aku akan mengusahakan ikut dan mendelegasikan kewajiban ku yang lain ke wakil ku.
Hari persiapan keberangkatan, 10 orang perwakilan univ berkumpul dan aku baru dapat jadwal mengenai seleksi akhir olimpiadeku, agenda yang sebelumnya sudah aku rencanakan. Aku sudah berfikir bahwa aku tidak akan berangkat. Aku akan minta sharing informasi pada teman teman jurusan lain yang berangkat. Tapi niatku kembali gagal. Pihak univ tidak memperkenankan aku untuk tidak ikut acara ke kota mu itu. Aku bahkan dibantu untuk mengikuti seleksi olimpiade lebih cepat agar aku bisa mengikuti acara di kota mu itu. Acara dimana univ mu yanh menjadi tuan rumah.
Akhirnya aku berangkat ke kota mu. Takdir yang menggerakkan orang orang sekitar ku untuk menemuimu. Dan akhirnya kita bertemu dalam acara tersebut. Saat itu aku tak menyadari akan sosok mu, barulah saat lintingan acak nama anggota kelompok diskusi membuat kita satu kelompok, aku tahu mengenai kamu.
Bertemu, berkenalan tapi sayang aku tak mengingatmu. Ya, aku memang payah dalam mengingat orang. Maaf.
Komunikasi pertama
Komunikasi pertama kita mungkin bukan hanya takdir yang memaksa tapi memang ada usaha dariku untuk mengingat siapakah orang yang tertulis namanya di stiker pintu lemari ku.
Saat salam diujung shalat ashar, mataku tiba tiba tertuju pada stiker namamu. Padahal stiker itu memang sudah lama tertempel disana. Aku mencoba mengingat kamu yang dimana dari sekian banyak orang baru yang aku kenal di acara itu. Aku tak mengingatmu. Aku sempat menyimpan beberapa nomor teman baruku, berharap ada namamu di kontak hp ku. Yeee, ternyata ada namamu. Iseng, aku coba kirimkan pesan kepadamu. Berbasa basi menanyakan kabar, padahal aku tak mengingatmu sama sekali. Hahaha... bodoh. Percakapan kita berlanjut dengan percakapan via whatsaap. Akhirnya aku mengetahui wajahmu, walaupun aku tak mengingatmu kapan saja aku berinteraksi dengan mu saat acara dulu. Setelah itu komunikasi kita terputus. Aku saat itu habis patah hati dan beberapa saat kemudian memiliki pacar. Komunikasi kita terhenti diakhir sampai awal tahun 2013.
Komunikasi kedua
Juli 2014
Aku mendapatkan kabar adikku diterima di univ mu. Waw, kejutan takdir lagi. Padahal itu benar benar bukan rencana adikku. Adikku lebih ingin kuliah di univ ku. Hahaha.... tapi takdir memiliki rencana lain. Adikku 3 kali ujian tetapi tidak diterima di univ ku, sedangkan ke univ mu 1 kali ujian langsung masuk. Sekeluarga berencana mengantar adikku ke kota mu. Aku tak berniat mengusikmu lagi. Toh kita sudah lama tidak berkomunikasi, walau memang saat itu aku sudah mengingatmu. Kembali orang orang sekitarku menyeretku untuk kembali berkomunikasi dengan mu. Sudah mencoba menghubungi semua teman ku di kota mu, ya terkecuali kamu tentunya. Tetapi mereka sedang memiliki kesibukan sendiri. Akhirnya, ku beranikan diri menghubungi mu lagi. Ku kirim pesan singkat, berharap pesan itu tidak failed dan yeeee ternyata terkirim. Yes, no mu masih aktif. 1 jam, 2 jam hingga setengah hari tak ada balasan darimu. Oke, saat itu aku menyerah. Mungkin memang harus mengurus administrasi sendirian di univ mu.
2 hari kemudian, hp ku berdering. Muncul namamu dilayar hp ku. Aku malas mengangkatnya, malas berbasa basi karena memang aku sudah berniat tidak minta tolong pada siapapun. Harapanku sudah menguap kemarin saat pesan ku tak dibalas. Tapi sayang, ibu ku ngomel dan menyuruh aku menelepon balik kamu. Hahaha... oke, aku tak bisa membantah jika ibuku yang meminta. Komunikasi dengan mu akhirnya terjalin lagi.
Dipertemukan kembali
bulan juli akhirnya kita bertemu lagi. Dan ternyata memang kamu membantu segalanya buat aku dan adikku. Bersyukur bertemu dengan mu lagi, tapi sayang saat itu aku hanya mengantar adikku, tidak berniat menetap dikota mu. Sehingga kita berpisah lagi saat aku pulang.
aku tak merencanakan kejadian yang akan terjadi beberapa minggu kemudian.
entah kenapa, berbagai alasan (yang pasti bukan alasan karena kamu) membuat aku meminta pindah tempat kerja. Aku meminta penempatan kerja ku di kota mu, dan saat itu aku keukeuh untuk bekerja di perusahaan itu. Padahal orang tua ku sudah merencanakan pekerjaan lain di kota ku. Tapi entah keberanian darimana, entah alasan apa, aku tetap bersikeras untuk bekerja di perusahaan yang ada dikotamu. Mungkin itu salah satu paksaan takdir juga.
Kita bertemu lagi dan saat itu aku benar benar merepotkanmu. Kamu menjadi tuan rumah yang baik sekali, tak jarang aku merasa tidak enak padamu.
Ingatkah kamu saat malam hari, selepas aku pulang kerja. Diperjalanan pulang kamu bertanya kepadaku "kenapa kamu bisa bisanya ada di kotaku? Kok bisa? Kamu emang berencana ke sini? Orang tua mu kan sudah merencanakan hal lain mengenai pekerjaanmu". Malam itu aku hanya mengangkat bahu tak tahu dan tertawa. Ya, karena memang aku sendiripun tidak tahu mengapa tiba tiba bekerja dikotamu.
Malam ini aku menemukan jawabannya, karena aku "dipaksa" oleh takdir untuk bertemu dengan mu lagi. Mengenal lebih jauh bahkan berbincang mengenai masa depan lebih leluasa.
Aku berharap dan berdoa, semoga takdir mempertemukan kita lagi. Bulan agustus tahun ini aku berharap bisa bertemu dengan mu (jika Tuhan menginginkan aku bertemu dengan mu lebih cepat, aku akan senang menerimanya)
Semoga harimu di pendidikan menyenangkan, tetap sehat dan semangat mas.
Rapalan doaku akan selalu menyelipkan namamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar