Sabtu, 12 September 2015

Selamat Ulang Tahun, Mas

Selamat ulang tahun mas.
Setahun yang lalu kita merayakan hari ini bersama.
"Cuman kamu dan beberapa teman lelaki saja yang ingat ulang tahun saya. Kamu satu-satunya cewek yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya" begitulah kira-kira dulu kata yang kamu ucapkan ketika aku mengucapkan selamat kepadamu.
Laki-laki memang. Gombal.

Andai saja hubungan kita sebaik tahun lalu.
Andai saja jarak kita sedekat tahun lalu.
Andai saja keyakinanmu tidak luntur hanya karena aku menjadi abdi negara.
Andai saja kamu tidak semakin membuatku yakin untuk mengikhlaskanmu.
Ya, Andai saja.
Mungkin hari ini, dini hari tadi, aku akan menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun.

Izinkan sejenak aku kembali pada satu tahun lalu.
Setahun yang lalu, betapa meyakinkannya kamu bahwa kamu siap langsung datang ke orang tua ku.
Dulu masalah kita hanya satu, kamu belum mendapat pekerjaan tetap.
Setahun yang lalu, aku ingat kamu bertanya bagaimana jika suamiku seorang TNI dan harus bertugas jauh. Apa aku siap dibawa jauh?
Saat itu kamu sedang proses masuk TNI, aku dengan jelas mengatakan jika memang diharuskan, aku akan ikut kemanapun suami ku pergi.
Setahun yang lalu aku masih suka berkata bahwa aku ingin cepat menikah. Dan kamu menanggapinya dengan "ay, jangan robohkan iman saya. klo udah roboh, saya lamar kamu sekarang nih". Lalu kita tertawa bersama.
Setahun yang lalu aku masih sering merasakan tatapan junior-junior mu yang bertanya-tanya aku ini siapanya kamu. Padahal sebelumnya kamu gak pernah bawa perempuan ke markas UKM mu.
Setahun yang lalu aku masih sering banget mengandalkanmu, mengadukan semua masalahku.

Pertengkaran kita sebelum kamu berangkat pendidikan adalah hal yang selalu aku sesali.
Selama kamu pendidikan, kamu adalah seseorang yang selalu aku semogakan dalam setiap doaku.
Setiap setelah memimpikanmu, tak jarang aku menangis, khawatir kamu sakit.
Apalagi kamu selalu bermasalah dengan kaki mu.

Sayang sekali keyakinan mu kepadaku luntur.
Bahkan kamu mengatakan bahwa tidak yakin lagi untuk menikahiku sejak aku diterima menjadi pns.
Tau gak mas apa yang aku pikirkan saat itu?
Aku ingin mengundurkan diri dari pns, aku rela gak masuk pns asal keyakinanmu kembali.
Aku rela disuruh pensiun dini, asal kamu tidak ragu lagi.
Apapun mas, asal keyakinanmu kembali seperti pada waktu setahun lalu.
Saat itu tangisku bahkan lebih sering, lebih banyak daripada saat aku menunggu kamu selesai pendidikan.

Pada waktu-waktu yang lalu, aku masih berkeyakinan bahwa kamu layak diperjuangkan.
Bahwa kamu masih dapat berubah keyakinan.
Sampai saatnya kamu membenarkan kalimat "Saat kamu kehilangan seseorang yang selalu kamu semogakan dalam doa. Tandanya akan ada yang lebih baik lagi dari dia"
"betul" jawabmu.
Itu sama saja artinya dengan "udah jauhin aku aja" dalam arti tersirat.
Kecewa, sakit hati dan marah padamu, bahkan aku menangis lagi.
Sebegitu berhentinya kah kepercayaan mu? keyakinanmu?

Baiklah mas,
aku akan berhenti menunggumu.
berhenti mempercayaimu.
Mungkin kita memang tidak bertakdir.
Setidaknya dari sekian banyak doa ku untukmu, Allah sudah mengabulkannya untukku.
Kamu sudah dilantik jadi Perwira.
Cita-cita mu tercapai.
Cita-cita bapakmu terwujud.

Terima kasih atas segala kepercayaan dan keyakinan serta semangatmu.
Setidaknya aku tidak boleh membenci kamu karena kamu sudah menularkan banyak energi posiif padaku.

Untuk terakhir kalinya, Selamat ulang tahun mas. Doaku selalu terbaik untukmu.

Tidak ada komentar: