Senin, 28 September 2015

yang baru saja hadir

Lamanya bulan perkenalan kita masih bisa dihitung dengan jari.
Banyaknya pertemuan langsung kita masih diangka NOL.
Sejak awal aku hanya mengikuti keinginan orang tua.
Untuk berkenalan dengan mu.
Tidak berharap lebih.

Apalagi dengan kejadian pacar mu (sekarang mantan pacar mu) yang bikin emosi ku meluap.
Jangan tanya lagi bagaimana penilaian ku padamu.
Minus.

Tapi entah bagaimanapun penilaianku padamu, aku selalu mau mendengarkan semua penjelasanmu.
Bagaimanapun emosi ku meluap, selalu bisa mereda ketika kamu menjelaskan semuanya
Aku tak mengerti mengapa.
Hari berganti minggu
Dan kamu benar-benar mewujudkan apa yang kamu ucapkan.
Dimulai dari berhenti merokok.
Berhenti komunikasi dengan mantan pacarmu yang hobi gangguin aku.
Bahkan hal-hal kecil yang aku tidak suka, kmu coba hindari.

Mungkin dari situ kepercayaan ku pada mu mulai ada.
Kepercayaan untuk menikah?
Hey tunggu. Jangan terlalu jauh dulu.
Saat itu kamu masih bukan jadi orang yg aku semogakan dalam doaku.
Bahkan untuk sekedar berkomitmen saja rasa percaya ku pada mu belum cukup, apalagi menikah.
Bahkan saat menyadari jika memang kita ditakdirkan menikah, banyak sekali hal yang harus aku lalui.
Nikah kantor yang diwawancara mulai dari hymne, mars sampe ke test kesehatan yang menakutkan.
Aku bahkan sampai bertanya pada diriku "seberapa pentingkah kamu sampai aku harus banyak berkorban untukmu? Pengorbanan mu dengan berhenti merokok dll belum cukup jika aku tukar dengan apa yang harus aku korbankan"
Maka saat itu aku menolak permintaan orang tua ku untuk menyegerakan menikah.

Hari-hari berikutnya entah mengapa keyakinan ku terhadapmu malah semakin bertambah.
Mungkin karena sikap dan perlakuanmu tidak membiat aku lelah.
Saat aku marah, aku bisa marah sepuasnya.
Saat aku senang, aku bisa tertawa sepuasnya.
Bahkan saat aku ingin iseng, kamu dapat dijadikan sasaran empuk kejahilanku.
Dari hal-hal itu yang mungkin membuat aku nyaman dan akhirnya jatuh hati kepadamu.

Iya.
Aku akui bahwa aku jatuh hati kepadamu.
Dan aku benar-benar menyukai menjadi kekasihmu.
Perhatianmu, pengertianmu, kesabaranmu.
Aku bahkan tidak perlu menyembunyikam perasaan apapun kepadamu.

Dan setelah sekian lama aku "menjauhi" tradisi panggilan kesayangan.
Denganmu, aku teryakinkan kembali untuk memakai panggilan kesayangan.

Dan hari ini aku semakin jatuh hati kepadamu.
Semakin besar rasa suka ku padamu.

Jadi ayah, tolong jangan pernah patahkan hati yang sedang menyukaimu ini.
-nda-

Tidak ada komentar: