Sabtu, 03 Oktober 2015

sayang

Sayang
Ternyata jatuh hatiku tak main-main
Ternyata cintaku tak hanya sekadarnya
Lebih dalam dari yang aku kira

Sayang
Kamu bukan hanya memenuhi hatiku tapi juga pikiranku
Semua rencana kita bahkan menjadi imajinasiku di siang bolong

Hari ini aku khawatir
Khawatir jika rencana kita tak sesuai
Jika rencana kita gagal

Aku sudah teramat menyayangimu
Aku sudah memberika hatiku untukmu
Aku tidak mau gagal lagi
Aku tidak mau patah hati lagi

Senin, 28 September 2015

yang baru saja hadir

Lamanya bulan perkenalan kita masih bisa dihitung dengan jari.
Banyaknya pertemuan langsung kita masih diangka NOL.
Sejak awal aku hanya mengikuti keinginan orang tua.
Untuk berkenalan dengan mu.
Tidak berharap lebih.

Apalagi dengan kejadian pacar mu (sekarang mantan pacar mu) yang bikin emosi ku meluap.
Jangan tanya lagi bagaimana penilaian ku padamu.
Minus.

Tapi entah bagaimanapun penilaianku padamu, aku selalu mau mendengarkan semua penjelasanmu.
Bagaimanapun emosi ku meluap, selalu bisa mereda ketika kamu menjelaskan semuanya
Aku tak mengerti mengapa.
Hari berganti minggu
Dan kamu benar-benar mewujudkan apa yang kamu ucapkan.
Dimulai dari berhenti merokok.
Berhenti komunikasi dengan mantan pacarmu yang hobi gangguin aku.
Bahkan hal-hal kecil yang aku tidak suka, kmu coba hindari.

Mungkin dari situ kepercayaan ku pada mu mulai ada.
Kepercayaan untuk menikah?
Hey tunggu. Jangan terlalu jauh dulu.
Saat itu kamu masih bukan jadi orang yg aku semogakan dalam doaku.
Bahkan untuk sekedar berkomitmen saja rasa percaya ku pada mu belum cukup, apalagi menikah.
Bahkan saat menyadari jika memang kita ditakdirkan menikah, banyak sekali hal yang harus aku lalui.
Nikah kantor yang diwawancara mulai dari hymne, mars sampe ke test kesehatan yang menakutkan.
Aku bahkan sampai bertanya pada diriku "seberapa pentingkah kamu sampai aku harus banyak berkorban untukmu? Pengorbanan mu dengan berhenti merokok dll belum cukup jika aku tukar dengan apa yang harus aku korbankan"
Maka saat itu aku menolak permintaan orang tua ku untuk menyegerakan menikah.

Hari-hari berikutnya entah mengapa keyakinan ku terhadapmu malah semakin bertambah.
Mungkin karena sikap dan perlakuanmu tidak membiat aku lelah.
Saat aku marah, aku bisa marah sepuasnya.
Saat aku senang, aku bisa tertawa sepuasnya.
Bahkan saat aku ingin iseng, kamu dapat dijadikan sasaran empuk kejahilanku.
Dari hal-hal itu yang mungkin membuat aku nyaman dan akhirnya jatuh hati kepadamu.

Iya.
Aku akui bahwa aku jatuh hati kepadamu.
Dan aku benar-benar menyukai menjadi kekasihmu.
Perhatianmu, pengertianmu, kesabaranmu.
Aku bahkan tidak perlu menyembunyikam perasaan apapun kepadamu.

Dan setelah sekian lama aku "menjauhi" tradisi panggilan kesayangan.
Denganmu, aku teryakinkan kembali untuk memakai panggilan kesayangan.

Dan hari ini aku semakin jatuh hati kepadamu.
Semakin besar rasa suka ku padamu.

Jadi ayah, tolong jangan pernah patahkan hati yang sedang menyukaimu ini.
-nda-

Sabtu, 12 September 2015

Selamat Ulang Tahun, Mas

Selamat ulang tahun mas.
Setahun yang lalu kita merayakan hari ini bersama.
"Cuman kamu dan beberapa teman lelaki saja yang ingat ulang tahun saya. Kamu satu-satunya cewek yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya" begitulah kira-kira dulu kata yang kamu ucapkan ketika aku mengucapkan selamat kepadamu.
Laki-laki memang. Gombal.

Andai saja hubungan kita sebaik tahun lalu.
Andai saja jarak kita sedekat tahun lalu.
Andai saja keyakinanmu tidak luntur hanya karena aku menjadi abdi negara.
Andai saja kamu tidak semakin membuatku yakin untuk mengikhlaskanmu.
Ya, Andai saja.
Mungkin hari ini, dini hari tadi, aku akan menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun.

Izinkan sejenak aku kembali pada satu tahun lalu.
Setahun yang lalu, betapa meyakinkannya kamu bahwa kamu siap langsung datang ke orang tua ku.
Dulu masalah kita hanya satu, kamu belum mendapat pekerjaan tetap.
Setahun yang lalu, aku ingat kamu bertanya bagaimana jika suamiku seorang TNI dan harus bertugas jauh. Apa aku siap dibawa jauh?
Saat itu kamu sedang proses masuk TNI, aku dengan jelas mengatakan jika memang diharuskan, aku akan ikut kemanapun suami ku pergi.
Setahun yang lalu aku masih suka berkata bahwa aku ingin cepat menikah. Dan kamu menanggapinya dengan "ay, jangan robohkan iman saya. klo udah roboh, saya lamar kamu sekarang nih". Lalu kita tertawa bersama.
Setahun yang lalu aku masih sering merasakan tatapan junior-junior mu yang bertanya-tanya aku ini siapanya kamu. Padahal sebelumnya kamu gak pernah bawa perempuan ke markas UKM mu.
Setahun yang lalu aku masih sering banget mengandalkanmu, mengadukan semua masalahku.

Pertengkaran kita sebelum kamu berangkat pendidikan adalah hal yang selalu aku sesali.
Selama kamu pendidikan, kamu adalah seseorang yang selalu aku semogakan dalam setiap doaku.
Setiap setelah memimpikanmu, tak jarang aku menangis, khawatir kamu sakit.
Apalagi kamu selalu bermasalah dengan kaki mu.

Sayang sekali keyakinan mu kepadaku luntur.
Bahkan kamu mengatakan bahwa tidak yakin lagi untuk menikahiku sejak aku diterima menjadi pns.
Tau gak mas apa yang aku pikirkan saat itu?
Aku ingin mengundurkan diri dari pns, aku rela gak masuk pns asal keyakinanmu kembali.
Aku rela disuruh pensiun dini, asal kamu tidak ragu lagi.
Apapun mas, asal keyakinanmu kembali seperti pada waktu setahun lalu.
Saat itu tangisku bahkan lebih sering, lebih banyak daripada saat aku menunggu kamu selesai pendidikan.

Pada waktu-waktu yang lalu, aku masih berkeyakinan bahwa kamu layak diperjuangkan.
Bahwa kamu masih dapat berubah keyakinan.
Sampai saatnya kamu membenarkan kalimat "Saat kamu kehilangan seseorang yang selalu kamu semogakan dalam doa. Tandanya akan ada yang lebih baik lagi dari dia"
"betul" jawabmu.
Itu sama saja artinya dengan "udah jauhin aku aja" dalam arti tersirat.
Kecewa, sakit hati dan marah padamu, bahkan aku menangis lagi.
Sebegitu berhentinya kah kepercayaan mu? keyakinanmu?

Baiklah mas,
aku akan berhenti menunggumu.
berhenti mempercayaimu.
Mungkin kita memang tidak bertakdir.
Setidaknya dari sekian banyak doa ku untukmu, Allah sudah mengabulkannya untukku.
Kamu sudah dilantik jadi Perwira.
Cita-cita mu tercapai.
Cita-cita bapakmu terwujud.

Terima kasih atas segala kepercayaan dan keyakinan serta semangatmu.
Setidaknya aku tidak boleh membenci kamu karena kamu sudah menularkan banyak energi posiif padaku.

Untuk terakhir kalinya, Selamat ulang tahun mas. Doaku selalu terbaik untukmu.

Senin, 31 Agustus 2015

Berjuang, Diperjuangkan atau Sama-sama Berjuang?

Hari ini entah aku harus mengatakan apa dengan takdir Allah.
Beberapa bulan yang lalu aku masih berkeyakinan untuk memperjuangkan dia.
Berjuang untuk memohon kepada Sang Pemilik untuk ditakdirkan berjodoh.
Rasanya perasaan rindu dan doa tiada pernah berakhir untuk dia yang aku perjuangkan.
Ya, hanya akunyang berjuang. Dan kamu tidak berjuang kan mas?

Beberapa hari yang lalu,
Seseorang dari masa lalu hadir kembali.
Menyatakan bahwa aku masih satu-satunya wanita yang diperjuangkan olehnya.
Aku tau rasanya diperjuangkan, tau rasanya disayangi dengan sepenuhnya dari dia.
Tp entah mengapa aku tidak ada keberanian untuk memperjuangkannya.

Ternyata jodoh, cinta itu tidak akan mencapai akhir jika salah satu saja yg berjuang.
Pincang.
Kita harus sama-sama berjuang.
Sama-sama memapah langkah kita.

1 September 2015/31 Agustus 2015
12.30 WIT/22.30 WIB
Dan Allah memberikan ku seseorang yang mau memperjuangkan ku,
Dan Allah pula yang menggerakkan hatiku untuk memperjuangkannya.

Senin, 27 April 2015

Aku Rindu

Aku rindu
Pada sosok yang hobi memeriksa hapalan doa ku
pada sosok yang ketika terdengar adzan langsung memarkir motor di mesjid
pada sosok yang suka bertukar pikiran mengenai masa depan

Aku rindu
rindu penenangannya saat aku menangis terisak
rindu kesabarannya saat aku gundah karena masalah
rindu pengorbanannya saat aku butuh seseorang untuk menjagaku

Walau terkadang anda sosok keras kepala
sosok yang aku pikir terlalu memaksakan untuk terlihat hebat, tapi aku hargai usahamu
sosok yang aku pikir terlalu berlebihan, tapi ternyata ucapanmu yg aku ragukan itu kenyataan
sosok yang kadang tidak ada toleransinya
sosok yang mudah emosi

Aku rindu (lagi)

Minggu, 19 April 2015

Hai Hati, Bersabarlah

Hai hati,
aku tau kamu sedang terjatuh, terluka dan sekarang sedang mencoba bangkit
aku tau beberapa bulan yang lalu ruang mu dipenuhi rasa rindu
Beberapa bulan yang lalu nafasmu sesak dengan isak tangis kekhawatiran
seluruh harapan dan penasaranmu tertuju padanya
semua waktu mu tercurah untuk menunggu, bahkan tak cukup untuk mengindahkan selain dia

Hai hati, bersabarlah
ini bukan pertama kalinya kamu terjatuh dan berdarah
ini bukan pertama kalinya kamu tidak punya alasan bertahan akan rasa sakitmu
kamu pasti bisa bangkit, seperti dulu.

Tak masalah berapa butuh waktu yang kamu perlukan
jika ingin menangis, menangislah tapi sedikit demi sedikit kurangi frekuensinya
jika merasa rindu, kenanglah masa masa baik dengannya tapi ingatlah masa dimana kamu terluka

Hai hati, bersabarlah
anggap ini waktumu untuk bernafas lebih lega, tanpa dipenuhi kekhawatiran
anggap ini quality time mu bersama sang pemilik hati, Tuhan
anggap ini saat untuk mencari alasan lain untuk kamu bertahan

Hai hati, bersabarlah
aku melihat didepan sana akan ada takdir baik untukmu
takdir entah itu dengan lelaki idaman mu atau bahkan diganti dengan yang lebih baik
ingatlah bahkan kamu masih punya Sang Maha Penyang

Jadi hati, bersabarlah dan bertahanlah
kamu hanya perlu menunggu sedikit lagi sebelum bertakdir
sini aku beri tips biar menunggu tak bosan,
Kamu cobalah untuk mencari pengalihan.
apapun pengalihan, tapi aku sarankan untuk lebih banyak mengingat nama-Nya

Jumat, 03 April 2015

jungkir balik

Tanggal 1 april 2015
Pesan singkat mu
Menanyakan kabar
Dan berlanjut dengan perbincangan singkat di telepon

Ah rasanya lega sekali
Kamu sehat, baik baik saja, lancar
akhirnya ada kabar darimua
doa ku terkabul juga

Aku merasa baik baik saja malam itu
Besoknya bangun dengan senyuman walau semalaman tdak tidur nyenyak
Pagi....
lalu siang....
sampai malam....
tidak ada lagi kabar darimu.
pesan ku tidak ada balasan.
pdahal aku mendengar jelas kamu berjanji mau menghubungi ibu ku
agar aku bisa ke semarang saat kamu masih cuti

Pagi ini aku sudah bangun dengan babak belur
mata panda, dan mood yang terjun bebas ke dasar jurang
rasanya tidak ada semangat apapun
aku kembali merasa berantakan
tidak ada yg bisa aku jadikan alasan hidup
tidak ada semangat

Berkali kali aku berdoa agar diberikan ketenangan
Ribuan pikiran menerka mengapa kamu tidak menghubungi ku lagi
dan berusaha keras menghapus mimpi untuk bertemu dengan mu
apalagi untuk menanyakan pertanyaan pertanyaan yang dulu ingin aku tanyakan

Dunia ku jungkir balik karena kamu.
iya, kamu.

Selasa, 31 Maret 2015

Jarak

Jarak kita jauh sekali
Beda kota, beda provinsi
Sudah beberapa bulan tidak ada komunikasi
Tidak ada kabar

Tapi aneh
Aku pergi ke gunung, ada pojok pojok kenangan mu
Aku pergi ke pantai, ada ngiang ucapan perkataan mu

Mungkin jarak kita tidak benar benar jauh
Atau hanya aku saja yang merasa tidak jauh
Dan kamu malah sebaliknya

Seberapa jauh jarak kita
Sebarapa lama kita berpisah
Aku akan selalu mendekatkan kita
Lewat kedua tangan ku yang terangkat
Lewat lafalan doa
Dan lewat sujud ku

Aku akan mengadukan mu pada yang memilikimu
Aku akan menitipkan mu pada yang memilikimu
dan
Aku akan meminta mu juga pada Nya

31 Maret
Dan kamu masih belum ada kabar

Sabtu, 28 Maret 2015

Roda Kehidupan

Beberapa hari ini rasanya aku pengen pergi jaaaauuuuhhhh banget. Atau kalau bisa masuk ke dalam bumi atau pergi pake pintu ajaibnya doraemon.
Entahlah, beberapa hari ini aku merasa tidak memiliki sesuatu yang sedang diperjuangkan, sesuatu yang menjadi alasan bertahan hidup bahkan sesuatu yang memberikan semangat.
Sekilas teman yang mendengar keluhanku langsung berkata jangan bunuh diri. Hahaha.... Aku belum mencapai depresi parah kok.
Tinggal dirumah selama 3 bulan ini. Tidak melakukan aktivitas apa apa. Aku bosan sekali. Bosan, kesepian menjadikan mood ku labil sekali, mudah marah. Aku menyesal secepatnya resign di twmpat kerja ku saat pengumuman cpns keluar.
Tidak ada aktivitas, tidak ada warna hidup. aku merasa tidak berkembang, tidak bermanfaat dan ilmu ku ketinggalan jauh oleh teman teman ku.
Belum lagi dengan pertanyaan calon. Semakin membuatku malas keluar rumah.
Udah akhir maret dan kabar darimu pun tak kunjung datang. Jangan tanya berapa kali namamu ku ucap dalam doa ku, berapa ribu menit pikiranku yang terisi oleh kamu. Tapi kamu bahkan sampai saat ini belum terdebgar kabar. Pengen banget balikan aja lah sama yang udah pasti tapi keyakinan ku udah terlanjur nunggu kamu. Menyebalkan, iya. Kamu nambah moodswing ku gak karuan.
Bahkan macetnya kaca mobil aja bisa bikin aku manyun seharian, kucing rumah berburu bunglon trus cmn dijadiin maenan, kucingnya abis aku omelin.
Pengen nangis, marah, kesel, bosan, sepi semuanya bercampur.

Minggu, 08 Maret 2015

Impian dan cita-cita

Ketika mendengar kabar mengenai teman-teman saya yang melanjutkan sekolah baik didalam negeri maupun diluar negeri, rasanya iri sekali.

Ketika mendapat jadwal adanya seminar internasional atau event event internasional, saya ingin sekali mengikuti acara acara tersebut. Datang dengan membawa hasil penelitian, tampil sebagai presenter untuk paparan ilmiah.

Ketika melihat rekan saya mengabdi di perbatasan Indonesia, bercerita bagaimana nikmatnya mengabdi di daerah terpencil walaupun segala terbatas, rasanya saat itu juga saya ingin mendaftarakan diri sebagai tenaga kesehatan yang siap mengabdi untuk kepada masyarakat.

Ketika membaca kisah kisah berprestasi lainnya, rasanya banyak sekali hal yang menjadi cita cita dan impian saya.

Itu pemikiran saya ketika kuliah. Memikirkan karir dan cita cita diri sendiri.

Selepas menyelesaikan kuliah profesi, ketika akan memutuskan bekerja ternyata banyak kenyataan yang bisa jadi menghambat cita cita saya tapi hal itu tidak dapat saya abaikan begitu saja.

Orang tua
Ketika saya beranjak dewasa, saat saat saya bisa menentukan hidup saya sendiri, orang tua saya beranjak memasuki usia lanjut.
Adik saya harus kuliah diluar kota, dan karena kami hanya dua bersaudara permintaan yang diinginkan ibu bapak sepertinya terlihat mudah tapi ternyata membuat saya harus sempat memaksa sedikit kabur. Meminta agar bekerja di kota kelahiran dan tinggal dirumah. Ketika seperti itu cita cita untuk pergi ke daerah terpencil tertunda sudah (tertunda karen saya masih berharap kesempatan lain akan diberikan oleh Allah SWT).
Ketika akan mewujudkan keinginan lain yaitu melanjutjan studi, kembali hal ini menjadi keputusan yang tidak mudah. Ibu bapak menginginkan agar saya menikah terlebih dahulu. Sepertinya syarat mudah tapi sampai sekarang saya belum dapat memenuhi syarat itu.
Dahsyatnya doa dan izin orang tua mengantarkan saya menjadi abdi negara untuk kota kelahiran saya. Anugerah sekaligus salah satu cara agar saya tidak bekerja jauh dari rumah.

Kenyataan lain yang saya dapatkan pembelajarannya adalah hidup lebih banyak berkah dan rahmatnya ketika kita sudah menikah. Pembelajaran yang menjadi penting ketika saya mengaji rutin setiap hari. Dan pembelajaran pembelajaran hidup ini menjadikan cita cita yang amat saya inginkan sekarang adalah menjadi seorang istri, seorang ibu sekaligus mengabdi menjadi seorang anak bagi orang tua saya.

Kadang saya berfikir kalau saya terlalu takut untuk mewujudkan mimpi mimpi besar saya ketika masih kuliah. Menjadi wanita berkarir bagus, pendidikan tinggi dan mandiri dalam berbagai bidang. Tapi ternyata itu cita cita duniawi saya saja. Ketika saya lebih banyak mendengar nasehat, bahagia itu tidak hanya dari duniawi, bermanfaat itu tidak hanya dari hal besar. Menciptakan generasi penerus yang beriman, beragama kuat, bermoral serta pengetahuan yang luas justru akan lebih bermanfaat. Bukankah cita cita saya yang sekarang juga berharga dan patut untuk diperjuangkan?.

Kamis, 26 Februari 2015

Bukan aku tak sayang

Untuk kamu, seseorang di masa lalu

Sayang, dengarkan aku.
Bukan aku tak sayang (lagi) pada mu dengan aku menolak ajakan balikan mu
Bukan aku tak ingat bagaimana setia nya kamu
Bukan aku tak tahu bagaimana rasa sayangmu untukku

Tapi
Aku menolak mu karena aku tak ingin menyakiti mu untuk kedua kalinya
Rasa cinta dan sayang mu terlalu besar untuk aku sia-siakan

Ketika berbicara dengan mu, rasanya ingin aku mengiyakan keinginanku.
Tapi jalan dan konsekuensi yang harus kita jalani bukan hari ini saja sayang.
Kita harus menyusuri jalan yang panjang dimasa depan.

Jadi sayang, tolong jangan patah hati terlalu dalam
Sejujurnya aku tidak pernah rela ketika harus berpisah dengan mu
Aku tidak pernah baik-baik saja ketika setiap kali menolak ajakan balikan dari mu
Jika takdir tak menyetujui kita bersama, mungkin aku saja yang lemah karena tidak mau beresiko

Bukan aku tak sayang (lagi) padamu tapi aku tak mau menyakitimu lagi.

Minggu, 22 Februari 2015

bunga tidur

jika mimpi adalah bunga tidur, mungkin mimpi mengenai kamu sudah jadi perkebunan karena terlalu seringnya aku bermimpi mengenai kamu.

Salam rindu

Aku

Selasa, 17 Februari 2015

Rindu (lagi)

Kamu tau apa yang aku takutkan saat malam tiba?
 
Rindu
Ya, dia menakutkan sekali untukku
Rindu padamu yang semakin menebal

Kamu,
ya rindu ini memang mengenai kamu 

Rindu penenanganmu saat aku menangis malam malam
Rindu nasehatmu yang terkadang tua sekali
Rindu kata kata pahitmu tapi membangunkanku dari dunia khayal
Rindu Lampu kota, lampu jembatan yang kita nikmati malam hari dari ketinggian
Rindu memarahimu, mengomelimu dan kamu hanya tertawa
Rindu obrolan kita
Rindu
Saat aku bisa menyandarkan tubuhku di punggungmu lalu ku menghela nafas panjang. Hal itu tak menyelesaikan masalahku tapi membuat aku semangat dan tak merasa sendiri.

Kamis, 12 Februari 2015

Aku Pulang

Pagi ini aku beranjak dari kota mu
Pulang ke kota ku
Bukan aku tak suka kota mu
Bukan
Tapi kota mu terlalu kosong tanpa hadirmu

Pagi ini
Saat mobil Cipa*ganti membawa ku pulang
Doa ku, semoga secepatnya kamu membawaku kembali ke sini

Aku pulang
Menunggumu menjemputku di kota ku

Selamat pagi, semangat menjalani hari pendidikan mu
Semoga kamu selalu sehat dan diberikan kelancaran

Selasa, 10 Februari 2015

Selamat pagi

Selamat pagi
Menghirup udara hangat kota mu lagi
Menapaki lengangnya kota mu saat matahari baru terbangun
Mentari pagi orange bulat besar, berwarna indah dan tak menyakiti kulitku

Selamat pagi
Kota mu menyambutku dengan ramah
Kota mu mengucapkan selamat pagi dengan lembut
Tetapi kota mu tak sehangat kopi pagi jika tanpa mu

Selamat pagi
Aku dikota mu tetapi hanya berteman kenangan
Menyusuri tempat tempat yang pernah kita singgahi
Tersenyum sambil menggetarkan doa
"Semoga aku dan kamu bisa kembali mengunjungi tempat ini bersama"

Selamat pagi
Taukah kamu
Sambutan selamat pagi dari orang orang terdekatmu sambil bertanya
Apakah kamu jadi calonku?
Aku hanya menjawabnya dengan senyuman,
Dan meng-amin-kan di dalam hati

Selamat pagi
Untuk kamu yang sedang dikota Ma*gelang
Semangatlah menjalani hari ini
Tak perlu cemas, kota mu masih terjaga dengan indah

Sabtu, 07 Februari 2015

Eks

Hei kamu yang sedang ditempa pendidikan, izinkan malam ini aku tak membicarakan mu.
Aku ingin mengistirahatkan otak ku dari kamu.
ingin mengistirahatkan rindu ku.

Sial
malam ini aku melihat ava terbaru my eks
satu satu nya orang yang sekarang jadi saingan mu jika aku membicarakan jodoh
aku tergoda menghubunginya lagi
maaf, tapi aku tak bisa begitu saja mengindahkannya ketika dia mengupload foti terbarunya
Terlalu gan*teng =^_^=

Dia, orang yang mencintaiku saat cintaku padanya bahkan tak sampai sejengkal
Dia, orang yang bersabar atas segala sikap semena mena ku
Dia, orang yang membiarkanku bermain sendiri sementara dia memantaskan diri
Dia, laki laki pertama yang membawaku ke hadapan orang tua nya

Bahkan ketika segalanya tentang kami usai
Dia tak menghapus harapan
Beberapa minggu lalu, dia meminta ku kembali saat cita citanya terwujud
Aku terhenyak, diam

Kamu tau siapa artis yang paling aku tak mau lihat di tv
Raf*fi Ah*mad
Artis itu mengingatkan pada dia
Mirip dia

Kamu, walau doaku tak setiap hari mengucap namamu
Tapi ada saat saat dimana waktu aku berdoa sangat dalam untukmu
Semoga cita cita mu terwujud

Jumat, 06 Februari 2015

"dipaksa" oleh takdir

Seharian ini aku memikirkan takdir.
Dari awal kita bertemu sampai terpisahkan sementara waktu lagi.
Apakah kamu mengingatnya?
Oke, mari berbincang sebentar bagaimana kita sudah "dipaksa" oleh takdir.

Awal pertemuan.
Lokasi : di kota mu
Waktu : september 2012
Antara bulan juli-agustus aku dipenatkan dengan persiapam penyambutan adek adek mahasiswa baru serta keberangkatan ku untuk oral presentation di Bali dan olimpiade di Padang.
Aku ingat sekali sms mengenai acara yang akan diadakan di kota mu itu masuk ke hp ku siang haru. Aku sedang rapat dengan panitia penyambutan maba jurusan ku. Tak ku hiraukan isi smsnya. Selain karena perhatian ku yang sedang terfokus ke hal lain, aku pun berfikir ulang jika acaranya diadakan diluar kota. Aku takut fisik ku drop padahal akan ada agenda di Bali dan Padang.
Beberapa hari kemudian, sms dari teman jurusan tetangga mengingatkan akan acara di kota mu itu. Aku utarakan bahwa dari organisasiku kemungkinan tidak akan ada yang berangkat. Semua sedang ada agenda masing masing. Biasanya jika begitu, teman teman dari jrusan lain akan memaklumi dan mengakhir pembicaraan. Tapi lain saat itu, teman ku membujukku untuk ikut. Dia berkata padaku "mba, ini acara nasional. Kata pihak rektorat ini acara yang sangat bagus. Sayang kalau dilewatkan. Saya pun nanti berangkat langsung dari luar kota karena sedang ada agenda lain". Aku terdiam membaca sms itu. Berfikir bahwa mungkin ini memang acara penting. Akhirnya aku balas pesan dari teman tersebut bahwa aku akan mengusahakan ikut dan mendelegasikan kewajiban ku yang lain ke wakil ku.
Hari persiapan keberangkatan, 10 orang perwakilan univ berkumpul dan aku baru dapat jadwal mengenai seleksi akhir olimpiadeku, agenda yang sebelumnya sudah aku rencanakan. Aku sudah berfikir bahwa aku tidak akan berangkat. Aku akan minta sharing informasi pada teman teman jurusan lain yang berangkat. Tapi niatku kembali gagal. Pihak univ tidak memperkenankan aku untuk tidak ikut acara ke kota mu itu. Aku bahkan dibantu untuk mengikuti seleksi olimpiade lebih cepat agar aku bisa mengikuti acara di kota mu itu. Acara dimana univ mu yanh menjadi tuan rumah.
Akhirnya aku berangkat ke kota mu. Takdir yang menggerakkan orang orang sekitar ku untuk menemuimu. Dan akhirnya kita bertemu dalam acara tersebut. Saat itu aku tak menyadari akan sosok mu, barulah saat lintingan acak nama anggota kelompok diskusi membuat kita satu kelompok, aku tahu mengenai kamu.
Bertemu, berkenalan tapi sayang aku tak mengingatmu. Ya, aku memang payah dalam mengingat orang. Maaf.

Komunikasi pertama
Komunikasi pertama kita mungkin bukan hanya takdir yang memaksa tapi memang ada usaha dariku untuk mengingat siapakah orang yang tertulis namanya di stiker pintu lemari ku.
Saat salam diujung shalat ashar, mataku tiba tiba tertuju pada stiker namamu. Padahal stiker itu memang sudah lama tertempel disana. Aku mencoba mengingat kamu yang dimana dari sekian banyak orang baru yang aku kenal di acara itu. Aku tak mengingatmu. Aku sempat menyimpan beberapa nomor teman baruku, berharap ada namamu di kontak hp ku. Yeee, ternyata ada namamu. Iseng, aku coba kirimkan pesan kepadamu. Berbasa basi menanyakan kabar, padahal aku tak mengingatmu sama sekali. Hahaha... bodoh. Percakapan kita berlanjut dengan percakapan via whatsaap. Akhirnya aku mengetahui wajahmu, walaupun aku tak mengingatmu kapan saja aku berinteraksi dengan mu saat acara dulu. Setelah itu komunikasi kita terputus. Aku saat itu habis patah hati dan beberapa saat kemudian memiliki pacar. Komunikasi kita terhenti diakhir sampai awal tahun 2013.

Komunikasi kedua
Juli 2014
Aku mendapatkan kabar adikku diterima di univ mu. Waw, kejutan takdir lagi. Padahal itu benar benar bukan rencana adikku. Adikku lebih ingin kuliah di univ ku. Hahaha.... tapi takdir memiliki rencana lain. Adikku 3 kali ujian tetapi tidak diterima di univ ku, sedangkan ke univ mu 1 kali ujian langsung masuk. Sekeluarga berencana mengantar adikku ke kota mu. Aku tak berniat mengusikmu lagi. Toh kita sudah lama tidak berkomunikasi, walau memang saat itu aku sudah mengingatmu. Kembali orang orang sekitarku menyeretku untuk kembali berkomunikasi dengan mu. Sudah mencoba menghubungi semua teman ku di kota mu, ya terkecuali kamu tentunya. Tetapi mereka sedang memiliki kesibukan sendiri. Akhirnya, ku beranikan diri menghubungi mu lagi. Ku kirim pesan singkat, berharap pesan itu tidak failed dan yeeee ternyata terkirim. Yes, no mu masih aktif. 1 jam, 2 jam hingga setengah hari tak ada balasan darimu. Oke, saat itu aku menyerah. Mungkin memang harus mengurus administrasi sendirian di univ mu.
2 hari kemudian, hp ku berdering. Muncul namamu dilayar hp ku. Aku malas mengangkatnya, malas berbasa basi karena memang aku sudah berniat tidak minta tolong pada siapapun. Harapanku sudah menguap kemarin saat pesan ku tak dibalas. Tapi sayang, ibu ku ngomel dan menyuruh aku menelepon balik kamu. Hahaha... oke, aku tak bisa membantah jika ibuku yang meminta. Komunikasi dengan mu akhirnya terjalin lagi.

Dipertemukan kembali
bulan juli akhirnya kita bertemu lagi. Dan ternyata memang kamu membantu segalanya buat aku dan adikku. Bersyukur bertemu dengan mu lagi, tapi sayang saat itu aku hanya mengantar adikku, tidak berniat menetap dikota mu. Sehingga kita berpisah lagi saat aku pulang.
aku tak merencanakan kejadian yang akan terjadi beberapa minggu kemudian.
entah kenapa, berbagai alasan (yang pasti bukan alasan karena kamu) membuat aku meminta pindah tempat kerja. Aku meminta penempatan kerja ku di kota mu, dan saat itu aku keukeuh untuk bekerja di perusahaan itu. Padahal orang tua ku sudah merencanakan pekerjaan lain di kota ku. Tapi entah keberanian darimana, entah alasan apa, aku tetap bersikeras untuk bekerja di perusahaan yang ada dikotamu. Mungkin itu salah satu paksaan takdir juga.
Kita bertemu lagi dan saat itu aku benar benar merepotkanmu. Kamu menjadi tuan rumah yang baik sekali, tak jarang aku merasa tidak enak padamu.

Ingatkah kamu saat malam hari, selepas aku pulang kerja. Diperjalanan pulang kamu bertanya kepadaku "kenapa kamu bisa bisanya ada di kotaku? Kok bisa? Kamu emang berencana ke sini? Orang tua mu kan sudah merencanakan hal lain mengenai pekerjaanmu". Malam itu aku hanya mengangkat bahu tak tahu dan tertawa. Ya, karena memang aku sendiripun tidak tahu mengapa tiba tiba bekerja dikotamu.

Malam ini aku menemukan jawabannya, karena aku "dipaksa" oleh takdir untuk bertemu dengan mu lagi. Mengenal lebih jauh bahkan berbincang mengenai masa depan lebih leluasa.

Aku berharap dan berdoa, semoga takdir mempertemukan kita lagi. Bulan agustus tahun ini aku berharap bisa bertemu dengan mu (jika Tuhan menginginkan aku bertemu dengan mu lebih cepat, aku akan senang menerimanya)

Semoga harimu di pendidikan menyenangkan, tetap sehat dan semangat mas.
Rapalan doaku akan selalu menyelipkan namamu.

Kamis, 05 Februari 2015

pertemuan pertama

Malam ini aku tak akan bicara soal rindu.
bukan tak merasakannya, tp si rindu itu sudah terlanjur masuk ke peredaran sistemik ku, kemudian bereplikasi di sel sel otak ku.
Mengatakan bahwa aku rindu kamu hanya akan membuat detik berhenti dan pertemuan kita akan semakin lama.
Tidak.
Aku tidak ingin itu terjadi, jadi aku akan membungkam rindu dan membiarknnya bereplikasi di otak ku kemudian menjalar ke hati ku.
Akan kubiarkan dia semaunya.

Malam ini aku ingin mengingat pertemuan pertama kita
Saat itu tahun 2012. Ya aku ingat betul tahun itu dan aku tahu kamu pun sama mengingatnya.
Kita dipertemukan di acara mahasiswa se provinsi.
Hari pertama hingga menjelng hari terakhir, aku bahkan tidak tahu bahwa aku satu kelompok dengan mu.
Berdiskusi berita politik dan tanah air yang terbaru dengan para wakil rakyat dari senayan.
Baru saat outbond aku menyadari hadirmu.
Yap. Bersyukur kita diberikan permainan yang ada harus ikat mengikat talu.
Jangan tanya aku, bahkan saat SD pun ekskul pramuka aku tak pernah bisa mengingt sandi morse. Apalagi terampil ikat mengikat seperti yang kau lakukan saat itu.
Aku kagum pada kelincahan kamu dan bersyukur aku satu kelompok dengan mahasiswa yang terampil dalam hal itu, salah satunya kamu.

Setelah itu, kita terpisah lagi.
Tak ada kenangan yang aku ingat tentang dirimu, terkecuali permainan tali menali itu.
hahaha
Hingga ketika sampai dikosan, aku mendapati stiker nama mu tertempel di bajuku.
Keningku berkerut, ini nama siapa?
Mencoba mengingat tapi dasar aku pelupa.
Ya sudah, aku biarkan saja stiker nama mu dan aku tempelkn di pintu lemari.

Tahun 2014 ternyata kita dipertemukan lagi
Dan sekarang, jangan tanya bagaimana aku mengingatmu.
Aku bahkan hapal gerak gerik mu, ketawa jahil mu atau raut muka serius mu.

Semoga kita cepat diberikan kesempatan untuk berbincang lagi
ada banyak hal yang ingin aku sampaikan
setiap hari aku berbicara seolah aku sedang berbicara dengan mu
semoga tidur mu nyenyak dan besok semangatmu kembali penuh untuk menjalani pendidikan

Sabtu, 31 Januari 2015

saat malam hujan

Sial
Tadi siang aku malah tertidur. Saat siang tak tidur pun, malam bayang mu menghalangi ku untuk terlelap. Apalagi malam ini.

Di luar hujan, lampu kamar sudah aku matikan. Digantikan lampu tidur. Dan mataku masih saja belum mengantuk. Pikiran ku pun masih asik berlarian dengan bayangan mu.

Saat siang hari, aku membunuh bayangmu dengan mengikuti kelas menjahit.
saat menjelang malam, aku membunuh bayangmu dengan membaca berbagai tulisan di blog orang lain.

Ah tapi aku malah semakin mengingatmu. Semakin lekat tawa mu dipikiran ku, semakin hafal gerak jalan mu bahkan cerita mu yang kadang aku berpikir itu terlalu berlebihan. Hahaha... maafkan soal pikiran itu.

Aku beberapa kali memikirkan bagaimana pendidikanmu. Bagaimana kabarmu. Apakah malam ini tidur mu cepat? Tidurmu nyenyak? Bukankah biasanya kita menyelesaikan percakapan kita jika malam sudah hampir pagi?

Semoga kamu senantiasa diberikan kesehatan :)

Rabu, 28 Januari 2015

Rindu

Setiap hari isi pikiranku semua tentang kamu
Apa ini rindu?

Setiap ada orang yang membicarakan tentang mu, aku selalu tersenyum
Apa ini rindu?

Setiap orang bercerita, aku selalu ingin menyisipkan cerita tentang mu
Apa ini rindu?

Ya, itu RINDU.
Aku saja yang terlalu gengsi mengakui hal ini
Aku saja yang terlanjur malu pada diriku karena sempat membenci mu
Aku saja yang tak mampu mengatakan ini saat dulu ada waktu
ya sebelum pertengkaran kita


Toleransi waktu

Aku paling tidak suka menunggu, tapi untukmu aku punya cadangan toleransi yang tinggi. Ah, kini aku tak lagi peduli soal waktu. Nanti, kalau sudah sampai pada waktu aku dan kamu, maka kita akan bisa bertemu. Bagaimanapun caranya. Detiklah yang akan mempertemukan, angkaku dengan angkamu. (Adisme)
Mungkin sepenggal kutipan diatas yang tengah benar-benar aku rasakan. Menunggu bagaikan berjudi bagiku. Aku pertaruhkan segala yang aku miliki di meja kasino dan entah aku akan menang melawan waktu dan mendapatkan mu atau aku kalah dengan menderita kerugian. Kerugian hati ini yang paling besar.

Hahaha... kadang saat waktu melamun, aku menertawakan diriku sendiri. Sejak kapan aku suka menunggu. Iya menunggu kamu. Sejak kapan aku mau menceritakan orang secara blak blakan di media sosial seperti ini.

Kadang dalam malam ku, ketika aku sudah jengkel dengan godaan pikiran yang terus berisi tentang kamu, aku pasti menggerutu, bersuudzon bahwa kamu yang sedang berdoa karena kangen aku sehingga aku ikut memikirkan kamu. Jika sudah seperti itu, aku memikirkan seribu kegiatan yang dapat membunuh waktu. Yang dapat membuatku sabar. Yang membuat batas toleransi ku padamu tak berjangka.

Kamu adalah seseorang yang bahkan aku pun tak berfikir untuk sampai sejauh ini. Menunggumu dgn toleransi waktu yang amat sangat panjang. Ya jujur saja, membayangkan 7 bulan pendidikan mu itu adalah waktu yang sangat panjang bagi ku.

Beruntung iman ku masih bisa menyadarkan ku saat aku sedang amat teramat ingat kamu. Hanya lantunan doa yang mampu menenangkan ku. Ku titipkan kamu kepada sang Pemilik kamu. Semoga kamu senantiasa diberikan kesehatan, kelancaran selama pendidikan.

Dulu sempat pertanyaanmu aku jawab hanya dengan tertawa ketika kamu menanyakan memangnya aku mau menikah dengan mu? Aku sekarang sudah menemukan jawabannya dan aku akan memberitahukan jawabannya kepadamu.

Aku bertekad untuk menunggu mu. Aku tak berfikir akan ada seseorang yang lebih baik bagi ku selain kamu. Karena aku yakin Allah dan Al Quran tak akan pernah berdusta.